Saturday 6 May 2017

Bangkai tank di sungai citanduy

Tank Peninggalan Belanda di Sungai Citanduy 




BEBERAPA anak tengah mandi dan bermain di atas tank baja peninggalan penjajahan belanda yang terendam di Sungai Citanduy, tepatnya di Lingkungan Parungsari, Kelurahan Karangpanimbal, Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar. Kendaraan tempur tersebut terlihat ketika ketika musim kemarau saat debit air Sungai Citanduy surut tajam dan jernih.*
BANJAR,- Tank baja peninggalan penjajah Belanda yang tertimbun pasir di Sungai Citanduy, tepatnya di Lingkungan Parungsari, Kelurahan/Kecamatan Purwaharja, Kota Banjar kembali terlihat. Kendaraan tempur tersebut terlihat saat air Sungai Citanduy surut tajam dan jernih seperti sekarang ini.
Sejak kembali terlihatnya sebagian tank tersebut, tidak pelak hal itu juga menjadi bahan perbincangan. Selain itu lokasi tank juga menjadi tempat bermain bagi anak-anak, yang mandi di Sungai Citanduy.
Seperti halnya beberapa anak terlihat mandi dan bermain di atas bodi tank. Memang belum diletahui persis bagian kendaraan yang terlihat dari permukaan air, sebab sebagian besar badan tank terendam pasir dan batu.
Bagian tank itu hanya terlihat samar, di bawah permukaan air yang kedalamnnya saat ini hanya sekira setengah meter. Lokasi tank tersebut tidak jauh dari sisi jalan Raya Banjar- Ciamis. Hanya saja dari jalan raya, lokasi tersebut tidak terlihat, karena terhalang permukiman penduduk.
Terlihatnya tank penjajahan Belanda itu tidak pelak juga kembali mengungkap beberapa serita dibalik keberadaan tank tersebut. Ada yang menyatakan bahwa kendaraan tempur itu sebelumnya hendak melarikan diri saat terjadi pertempuran antara para pejuang Indonesia dengan tentara Belanda di wilayah Desa Kertahayu, Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamis.
Sedangkan lainnya menyebutkan bahwa sebenarnya tank tersebut hendak menuju ke Yogyakarta, untuk memerkuat pasukan Belanda. Hal itu berkenaan dengan pemindahan pemerintahan dari Jakarta ke Yogyakarta. Akan tetapi dalam perjalanan, dihadang pejuang, hingga tank diceburkan ke Sungai Citanduy.
Sampai saat ini belum ada kisah yang dapat memastikan tentang dua versi cerita tersebut. Kisah tank tersebut seolah masih tertimbun seperti halnya kondisi tank baja yang hanya terlihat sebagian kecil, ketika debit air Sungai Citanduy yang membelah Kota banjar surut drastis.
"Cerita dari orang tua saya, tank itu hendak melarikan diri saat pertempuran di Desa Kertahayu. Akan tetapi berhasil dicegat para pejuang, kemudian diceburkan ke sungai. Waktu saya kecil, lokasi tank ada di aliran Batu Engko, sekira 200 meter dari lokasi saat ini," ungkap Marsimin (65) warga Karang Panimbal.

Menurut lelaki sepuh yang rumahnya hanya tidak jauh dari Sungai Citanduy, dan dekat lokasi tank itu, mengatakan akibat banjir posisi tank perlahan ikut hanyut hingga di lokasi saat ini. Pada waktu itu, kondisi tank juga tidak terlihat penuh, karena sudah tertimbun batu dan pasir.
"Saat kemarau panjang dan debit air kecil dan jernih, bisa terlihat samar-samar, akan tetapi saat kondisi air besar, ya sama sekali tidak terlihat. Tahun 2012 lalu juga ramai, karena kemarau panjang sehingga air sangat jernih, serta air tidak dalam," tuturnya.
Sementara itu warga lainnya, Manto mengatakan bahwa saat menjelang sore, lokasi tank peninggalan Belanda itu menjadi salah satu tempat berenang anak-anak. Mereka menginjak-injak baja. Ada juga yang meraba-raba hingga tangannya menyentuh logam keras.
"Bisa jadi ajang bermain anak-anak yang mandi di sungai. hampir setiap hari ada saja anak-anak yang bermain di lokasi tersebut," katanya.
Dia mengungkapkan pada tahun 2012, ada beberapa orang yang berupaya mengangkat tank itu dari dalam pasir dan timbunan batu. Akan tetapi, upaya tersebut gagal dilakukan, karena tidak selang lama, turun hujan lebat hingga air Citanduy besar.
"Saat itu sebagian pasir dan batu sudah disingkirkan. Akan tetapi belum tampak persis bagian tank yang terlihat, keburu turun hujan, hingga debit Citanduy besar. Saat ini persoalan tank juga kembali ramai dibicarakan orang," tutur Manto.